HAKIKAT HARI RAYA
Alhamdulillah, meski masih dalam kondisi seperti ini, kita sampai juga ke hari raya Idul Fitri.
Ketahuilah, Seharusnya Idul Fitri tahun ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kita bisa berbahagia. Berkumpul bersama keluarga, orangtua dan saudara. Menyambung tali silaturahmi. Namun demikian, kita
tetap menjaga prokes, meski ada beberapa saudara kita tak bisa ke mana-mana. Hanya bisa menyapa orangtua, keluarga dan saudara melalui telepon genggam. Sebagian hanya bisa berdoa. Sebagian lagi hanya bisa meneteskan air mata karena tak bisa lagi bertemu dengan mereka yang sudah pergi untuk selamanya.
Sungguh, hanya orang yang beriman yang bisa mengambil pelajaran atas kejadian tahun-tahun kemarin. Betapa lemahnya manusia, jika tanpa pertolongan Allah.
Lalu apa yang patut kita sombongkan? Kekayaan, jabatan atau kekuasaan? Semuanya tak berguna.
Hari ini kita merayakan Idul Fitri, Hari Kemenangan. Menang karena kemampuan dan kemauan kita mengalahkan hawa nafsu. Meninggalkan hal-hal yang sebenarnya dihalalkan pada waktu siang. Tak berani berbuka sebelum waktunya karena merasa diawasi oleh Zat Yang Maha Mengawasi.
Hakikat Idul Fitri, sebagaimana disampaikan oleh Imam Ali radhiyalLahu ‘anhu, adalah:
لَيْسَ الْعِيْدُ لـِمَنْ لَبِسَ الـْجَدِيْدَ، وَإِنَّمَا الْعِيْدُ لـِمَنْ أَمِنَ الوَعِيْدَ؛
لَيْسَ الْعِيْدُ لـِمَنْ لَبِسَ الـْجَدِيْدَ، إِنَّـمَا الْعِيْدُ لـِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ؛
لَيْسَ الْعِيْدُ لـِمَنْ تـَجَمَّلَ بِالِّلبَاسِ وَالرُّكُوْبِ، إِنـَّمَا الْعِيْدُ لـِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ.
Idul Fitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru.
Idul Fitri adalah bagi orang yang aman dari ancaman (neraka).
Idul Fitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru.
Idul Fitri adalah bagi orang ketaatannya bertambah.
Idul Fitri bukanlah bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya.
Idul Fitri adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.
Manusia yang bebas dari ancaman neraka, yang ketaatannya bertambah dan yang diampuni dosa-dosanya hanyalah mereka yang bertakwa. Inilah buah puasa Ramadhan, sesuai dengan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).
Kata “taqwa” berasal dari kata “waqâ”. Artinya, melindungi. Maknanya, melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Wujudnya dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang halal dilakukan. Yang haram ditinggalkan. Dalam seluruh aspek kehidupan. Tak ada rasa keberatan sedikit pun terhadap aturan Allah dan keputusan Rasulullah saw., sebagaimana firman-Nya:
يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka atas keputusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (TQS an-Nisa’ [4]: 65).
Imam ath-Thabari, saat menafsirkan QS al-Baqarah ayat 2, mengutip sejumlah pernyataan tentang hakikat orang-orang bertakwa. Al-Hasan, misalnya, menyatakan, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang Allah haramkan atas mereka dan melaksanakan apa saja kewajiban yang Allah titahkan atas mereka.”
Ibn Abbas berkata, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang khawatir terhadap azab Allah ‘Azza wa Jala jika meninggalkan petunjuk-Nya yang telah mereka ketahui dan mengharapkan rahmat-Nya dengan membenarkan apa saja yang datang kepada dirinya (berupa al-Quran, red.).”
Ibn Mas’ud menuturkan dari sekelompok Sahabat Nabi saw. bahwa orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang Mukmin.
Abu Bakr ‘Ayyas berkata, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menjauhi dosa-dosa besar.”
Qatadah berkata, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang disifati dengan sifat—sebagaimana dalam ayat berikutnya, red.—yaitu: orang yang mengimani perkara gaib, menegakkan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Allah limpahkan kepada mereka.”
Ibn Abbas juga menyatakan bahwa orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut menyekutukan Allah SWT dan mengamalkan apa saja yang telah Allah SWT wajibkan atas mereka (Lihat: Ath-thabari).
Karena itulah Idul Fitri harus menjadi momentum kita semua untuk berubah. Menjadi manusia baru. Laksana kupu-kupu yang indah memesona, yang baru melewati masa kepompong selama Ramadhan. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya secara totalitas, tanpa batas.
Akhirnya, mari bergandeng tangan. Eratkan ukhuwah dan kesampingkan perbedaan furu’iyyah. Perjuangkan syariah. Tegakkan sistem hidup berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Hidup mulia dengan Islam. Ingatlah seruan Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya jika dia menyeru kalian pada sesuatu yang memberikan kehidupan kepada kalian (TQS al-Anfal [8]: 24).
Semoga Allah SWT menolong kita. Menerima puasa kita. Mengabulkan doa-doa kita. Juga menempatkan kita semua di jannah-Nya. AAMIIN
—*—
Kami, mengucapkan:
Selamat Idul Fitri 1443 H
تقبل الله منا و منكم صيامنا و صيامكم
و كل عام و أنتم بخير
Mohon Maaf Lahir Batin
Posting Komentar untuk "HAKIKAT HARI RAYA"