🔵 HATI-HATI MENCABUTI RUMPUT DI ATAS KUBURAN
Menjelang masuknya Ramadhan dan Idul Fitri biasanya banyak umat Islam yang berziarah kubur dan nyekar. Dengan maksud untuk merawat kubur tersebut biasanya mereka mencabuti rumput yang tumbuh diatas kubur hingga bersih. Padahal haram hukumnya (makruh menurut sebagian ulama) mencabut rumput yang belum kering diatas kubur.
Alasannya dikarenakan rumput yang tumbuh di atas kuburan itu senantiasa berdzikir, memintakan ampun buat mayit sehingga hal itu akan bisa meringankan siksa kubur. Dan karena itulah mayit bisa senang. Dan ini merupakan hak mayit. Ini di dasarkan kepada Hadist Rasulullah SAW
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”
TAKHRIJ HADITS Hadits ini dikeluarkan oleh: – Imam Bukhari dalam Al Jami’ Ash Shahih (1/317-Fathul Bari), no. 216, 218, 1361, 1378, 6052 dan 6055. – Imam Muslim dalam Ash Shahih, 3/200-Syarah Imam Nawawi, no. 292. – Imam Tirmidzi dalam Al Jami’, 1/102, no. 70. Dan beliau mengatakan,”Hadits hasan shahih.” – Imam Abu Dawud dalam As Sunan, 1/5. no. 20. – Imam Nasa’i dalam Al Mujtaba, 1/28. – Imam Ibnu Majah dalam As Sunan, 1/125, no. 237.
Namun jika rumput sangat banyak semisal sampai menutupi fisik kuburan, maka merapikannya untuk tujuan perawatan itu tidaklah mengapa.
Referensi:
I'anatut Tholibin:
( قوله ويحرم أخذ شيء منهما ) أي من الجريدة الخضراء ومن نحو الريحان الرطب وظاهره أنه يحرم ذلك مطلقا أي على مالكه وغيره... إلي أن قال : وأن يكون كثيرا فيجوز له أخذه
Al Bariqah Al Mahmudiyah :
ويكره قطع الحطب والحشيش من المقبرة فإن كان يابسا فلا بأس به لأنه ما دام رطبا يسبح فيؤنس الميت
dalam Fath al-Mu’in:
يسن وضع جريدة خضراء على القبر للاتباع ولأنه يخفف عنه ببركة تسبيحها وقيس بها ما اعتيد من طرح نحو الريحان الرطب ويحرم أخذ شيء منهما ما لم ييبسا لما في أخذ الأولى من تفويت حظ الميت المأثور عنه صلى الله عليه وسلم, وفي الثانية من تفويت حق الميت بارتياح الملائكة النازلين
“Disunahkan menaruh pelepah kurma yang masih segar di atas kuburan dalam rangka mengikuti apa yang dilakukan Nabi saw, karena hal itu mayat akan diringankan dari siksa atas berkat tasbih pelepah kurma tersebut, begitu pula tanaman sejenis kemangi. Dan haram mengambilnya selagi belum kering, karena termasuk menghalangi mayit mengambil manfaat dan haknya, berupa diringankan siksanya dan dikunjungi malaikat”
Secara umum hukumnya demikian, namun jika kita bahas lebih detail lagi, terdapat perbedaan sebagaimana disebutkan Sayyid Bakr Syaththa dalam I’anah-nya:
وظاهره أنه يحرم ذلك مطلقا، أي على مالكه وغيره. وفي النهاية: ويمتنع على غير مالكه أخذه من على القبر قبل يبسه، فقيد ذلك بغير مالكه.
وفصل ابن قاسم بين أن يكون قليلا كخوصة أو خوصتين، فلا يجوز لمالكه أخذه، لتعلق حق الميت به، وأن يكون كثيرا فيجوز له أخذه
“Secara dzohir keharaman mengambil pelepah kurma dan tumbuhan sejenis kemangi tadi berlaku baik bagi orang yang meletakkannya maupun orang lain. Dalam Nihayah, Al-Ramli mengatakan bahwa keharaman tersebut berlaku bagi orang lain saja, tidak bagi orang yang meletakkannya. Sedangkan Ibn Qasim memerinci, jika sedikit maka tidak boleh diambil karena ada hak mayat, jika banyak maka boleh diambil sebagian”
Dalam hal ini, rumput hukumnya sama dengan pelepah kurma, sebagaimana disebutkan Syaikh ‘Ali Syabromallisi dalam catatan kakinya atas Nihayah:
وينبغي أنه لو نبت عليه حشيش اكتفي به عن وضع الجريدة
“Semestinya jika di atas kuburan sudah tumbuh rumput, hal ini sudah cukup, tidak perlu meletakkan pelepah kurma”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam masalah ini rumput sama hukumnya dengan pelepah kurma, demikian menurut Mazhab Syafi’i. Sedangkan dalam Mazhab Hanafi, mencabut tumbuh-tumbuhan di atas kuburan hukumnya makruh, salah satunya disebutkan Al-Khadimi dalam Bariqah Mahmudiyyah:
ويكره قطع الحطب والحشيش من المقبرة فإن كان يابسا فلا بأس به لأنه ما دام رطبا يسبح فيؤنس الميت
“Makruh hukumnya memotong kayu dan rumput kuburan kecuali sudah kering, karena tumbuhan membaca tasbih selagi masih basah yang mana hal ini membuat mayat senang”
Dari beberapa keterangan di atas, dapat kita ambil garis besarnya, bahwa hukum mencabut rumput kuburan dalam Mazhab Syafi’i adalah boleh jika sudah kering, jika masih segar/basah maka ada beberapa perincian:
Jika yang mencabut/memunguti rumput adalah pemiliknya, maka diperbolehkan dengan syarat menyisakan sebagian untuk mayat
Jika bukan pemiliknya maka tidak diperbolehkan secara mutlak
Sedangkan dalam Mazhab Hanafi hukumnya makruh jika masih segar/basah, dan mubah bila sudah kering.
Wallahu A’lam.
Posting Komentar untuk "🔵 HATI-HATI MENCABUTI RUMPUT DI ATAS KUBURAN"