Korban Tsunami Aceh Itu `Penguasa` Wisata Dubai
Empat tahun kemudian, Ikram pergi ke Dubai. Mengadu nasib di Negeri Petro Dollar.
Dream - " Aku ingin pulang lagi ke kampung..." Begitu keinginan terpendam Ikram Satria, salah satu korban tsunami Aceh tahun 2004 yang menewaskan 230.000 jiwa di 14 negara, termasuk menewaskan beberapa anggota keluarganya.
Ikram tak menyangka, kepulangannya ke kampung saat libur kuliah di Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) Bandung menyimpan trauma mendalam. Pagi itu 26 Desember 2004, gempa berkekuatan 9 skala richter mengguncang Serambi Mekah.
Akhir Liburan ke Dubai yang Mengesankan
" Guncangannya bukan ke atas-bawah, tapi ke segalah arah. Mengerikan!" ujar Ikram. Saat gempa yang sekitar tujuh kali mengguncang, air laut pun surut. Ikram diminta ayahnya yang seorang nelayan untuk pergi ke laut.
" Coba kamu lihat di laut, kalau surut kamu lari. Kabarkan semua orang, jangan sedikitpun membawa harta. Lari!" Ikram menirukan pesan sang ayah.
Pemuda kelahiran 1980 ini mengakui, saat itu tak banyak warga Aceh yang mengetahui tentang ciri-ciri tsunami. Benar saja, air laut pun surut. Batu-batu karang yang tak pernah terlihat, tiba-tiba muncul ke permukaan. Beberapa orang malah asyik mengambil ikan yang menggelepar. Ikram berteriak-teriak meminta warga untuk berlari meninggalkan laut. Banyak yang tidak mendengar perkataan Ikram.
Tak lama kemudian, ombak tsunami datang. " Saya tidak sadar lari sekencang apa. Tahu-tahu sudah berada di atas mobil," sedihnya. Alhamdulillah, ayah, ibu dan dua saudara kandung Ikram selamat. " Tapi bibiku, dia tersangkut di pagar dan meninggal."
Empat tahun kemudian, Ikram pergi ke Dubai. Mengadu nasib di Negeri Petro Dollar. Salah satu dari tujuh negara yang tergabung dalam Uni Emirate Arab. Negeri impian setelah Amerika.
Dengan modal secukupnya Ikram berangkat dengan menggunakan jasa perusahaan. Dijanjikan bekerja di kantoran, tapi apa daya Ikram tertipu. Dia hanya ditempatkan menjadi operator pom bensin. Kontrak dua tahun itu tak bisa dilanggar karena terikat uang pinalti. Ikram yang pernah bekerja di maskapai plat merah dan perusahaan permata Bvlgari ini terpukul. Di negeri orang, bekerja tak sesuai harapan. Kondisi ini tak pernah dikabarkannya ke kampung, sampai ibunda tercinta meninggal.
Dua tahun bekerja di pom bensin di Dubai, selama itu pula Ikram tinggal dengan delapan orang dalam satu kamar. " Makanan yang saya sanggup beli hanya menu India dan Pakistan. Karena hanya itu yang murah dan saya mampu," lirih Ikram saat berbincang dengan Dream.co.id di salah satu sudut Sheikh Zayed Grand Mosque, Abu Dhabi.
Ikram Satria saat berwudhu di Sheikh Zayed Grand Mosque, Abu Dhabi.
Baca Juga
- Anak Sering ter Jadi Korban Kalau Ibu Tertekan Dan Banyak Pikiran
- kapan sih aqilla bisa ketemu mama? aqilla kangen 🥺
- INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI’UN.Telah berpulang ke Rahmatullah Ummi Hj. Khairiah Binti Muhammad Kasem (Istri Abu Kuta Krueng) di kediaman komplek Putri Dayah Darul Munawwarah, malam minggu 2 Juli 2022 pukul 21.30.
Berbagai profesi dijajal Ikram. Yang terakhir ini sudah berjalan tahun ke tiga. Ikram menjadi pemandu wisata di Rida International Travel and Toursim. Ikram pun menjadi langganan turis Indonesia, utamanya. Dubai memang memiliki bernama Raja Mohammed bin Rashid Al Maktoum, tapi Ikram juga `penguasa` Dubai lainnya. Penguasa jalur wiata. Karena pria yang selalu rindu sambal ini begitu `khatam` setiap sudut di Dubai. " Jalur-jalur tikus, alhamdulillah saya juga tahu," tutur Ikram yang sudah enam tahun tinggal di Dubai.
Tak cuma itu, Ikram juga dikenal banyak kalangan. Dari pemilik toko-toko souvenir di Souk Madinat Jumeirat sampai pemilik Camp-camp Desert Safari di Sharjah. Banyak pelaku wisata favorit di Dubai mengenal baik Ikram. Malah pemilik toko di Gold and Spice Souk Madinat memberikan discount khusus buat turis-turis yang dibawa Ikram. " You with Ikram?" tanya penjaja di Gold and Spice Souk Madinat. Dijamin, kalau kita menjawab `Yes` harga akan turun 70 persen.
Perusahaan travel tempat Ikram bekerja ini memberi upah yang lebih dari cukup. Dia pun menabung demi memberangkatkan ibunda ke Tanah Suci. Tapi sayang, tabungan itu batal terpakai. Karena ibunda meninggal dua tahun lalu, saat tabungan haji sudah siap. Tapi ada satu yang disesali dan entah apa kata yang tepat untuk menggambarkan ini.
" Sampai sekarang, ibu tak pernah saya ceritakan kehidupan saya di Dubai. Termasuk saat saya bekerja di pom bensin," ujar Ikram dengan nada menurun.
Tapi hidup harus berlanjut. Ikram menjadi pemandu wisata favorit turis-turis dari Indonesia. Terakhir, sekitar 1.000 orang rombongan dari perusahaan korporasi rumah tangga asli Amerika yang membuka cabang di Indonesia, meminta jasanya untuk memandu di Dubai. Ikram bersama lebih dari 85.000 pekerja Indonesia lainnya bertaruh nasib di Uni Emirat Arab.
Tapi apakah Ikram punya mimpi? " Saya ingin pulang ke kampung, membuka usaha. Mungkin bisnis travel," Ikram mengakhiri pembicaraan. Semoga mimpi itu terwujud kawan. (Ism)
Terkait
Posting Komentar untuk "Korban Tsunami Aceh Itu `Penguasa` Wisata Dubai"