Kisah Ter Haru Anak Tunda Kuliah Demi Urusi Bapak Dan Ibunya Yang Lumpuh
Yang membuat netizen iba, suami istri lumpuh itu dirawat oleh anak lelakinya lantaran sudah tidak ada biaya.
pagi saya menyempatkan diri menengok Pak Wahyu dan Bu Wahyu. Dulu mereka tetangga komplek Perum Gentan raya 2, di mana saya tinggal selama 3 tahunsetelah menikah.Bu Wahyu sudah 4 tahun ini berjuang melawan kanker payudara stadium 4. Karena pertimbangan biaya, dia hanya berobat herbal ramuan daun teratai. Dan ketika sakit menyerang, dia diterapi sengat lebah untuk mengurangi rasa sakit.
Pak Wahyu dulunya pelaut. Lalu beliau alih kerja di darat agar dekat dengan keluarga dan bisa merawat istri yang sakit. Penyakit yang diderita Bu Wahyu membuat keluarga ini habis-habisan. Harta-benda lepas satu per satu. Yang terakhir adalah rumah di komplek yang ditinggali belasan tahun harus dilepas. Kini mereka tinggal di desa, mengontrak di rumah kecil satu ruangan dekat kuburan.Musibah tidak sampai di situ. Sekitar dua bulan lalu Pak Wahyu kena stroke. Setelah sempat dirawat di RS beberapa waktu, akhirnya Pak Wahyu dibawa pulang. Di tengah ruangan rumah kontrakannya, ada dipan. Suami-istri itu kini berbaring satu dipan. Sama-sama lumpuh. Sama-sama sulit bergerak. Bu Wahyu mungkin lebih mending karena masih bisa bicara walau tubuhnya tinggal tulang dan kulit, serta bola matanya menonjol.
Pak Wahyu tak bisa lagi mencari nafkah. Masih beruntung anak sulung, Yuki, sehabis wisuda D3 langsung diterima kerja di Bulog, Jakarta. Dialah kini yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Tahun ini, adik semata wayang Yuki yaitu Dicky, lulus SMA dan diterima di Universitas Telkom Bandung. Namun Dicky sepertinya akan menunda masuk kuliah karena dia kini punya tugas mengurus kedua orangtuanya.
Pak Wahyu punya kerabat tak jauh dari tempat tinggalnya, tapi mereka juga sibuk dengan penghidupannya. Bu Wahyu punya kerabat di Jawa Barat, dia setia mengirimkan kapsul herbal yang dikonsumsi Bu Wahyu sehari-hari.
Saya menengok mereka selain untuk menyampaikan sedikit oleh-oleh, juga bantuan dari seorang kawan. Kawan yang tinggal di Perth, tempo hari spontan mentransfer sejumlah dana begitu saya cerita tentang kisah suami-istri ini. Melihat kondisi mereka, saya benar-benar tidak kuat. Begitu cepat Tuhan membalik nasib seseorang.
Yang paling membuat saya sedih adalah Dicky. Ketika anak-anak lain merayakan kelulusan dan masuk kuliah, dia harus terus di rumah sepanjang hari, karena hanya dialah yang bisa diandalkan mengurus kedua orangtuanya. Dicky sehari-hari tidur di kasur lipat, yang digelar di dekat dipan tempat kedua orangtuanya berbaring.
Saat saya menjenguk mereka, Dicky dengan telaten mencukur kumis dan jenggot bapaknya yang mulai tumbuh panjang. Melihat itu semua airmata saya terus mengalir hingga saya harus pamit lebih cepat. Dalam hati saya yakin balasan bagi anak yang berbakti seperti dia hanya satu: SURGA.PS:
Karena ada yg menanyakan rekening untuk menyalurkan bantuan, saya sendiri yg akan menyalurkan.
Pak Wahyu dulunya pelaut. Lalu beliau alih kerja di darat agar dekat dengan keluarga dan bisa merawat istri yang sakit. Penyakit yang diderita Bu Wahyu membuat keluarga ini habis-habisan. Harta-benda lepas satu per satu. Yang terakhir adalah rumah di komplek yang ditinggali belasan tahun harus dilepas. Kini mereka tinggal di desa, mengontrak di rumah kecil satu ruangan dekat kuburan.Musibah tidak sampai di situ. Sekitar dua bulan lalu Pak Wahyu kena stroke. Setelah sempat dirawat di RS beberapa waktu, akhirnya Pak Wahyu dibawa pulang. Di tengah ruangan rumah kontrakannya, ada dipan. Suami-istri itu kini berbaring satu dipan. Sama-sama lumpuh. Sama-sama sulit bergerak. Bu Wahyu mungkin lebih mending karena masih bisa bicara walau tubuhnya tinggal tulang dan kulit, serta bola matanya menonjol.
Pak Wahyu tak bisa lagi mencari nafkah. Masih beruntung anak sulung, Yuki, sehabis wisuda D3 langsung diterima kerja di Bulog, Jakarta. Dialah kini yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Tahun ini, adik semata wayang Yuki yaitu Dicky, lulus SMA dan diterima di Universitas Telkom Bandung. Namun Dicky sepertinya akan menunda masuk kuliah karena dia kini punya tugas mengurus kedua orangtuanya.
Saya menengok mereka selain untuk menyampaikan sedikit oleh-oleh, juga bantuan dari seorang kawan. Kawan yang tinggal di Perth, tempo hari spontan mentransfer sejumlah dana begitu saya cerita tentang kisah suami-istri ini. Melihat kondisi mereka, saya benar-benar tidak kuat. Begitu cepat Tuhan membalik nasib seseorang.
Yang paling membuat saya sedih adalah Dicky. Ketika anak-anak lain merayakan kelulusan dan masuk kuliah, dia harus terus di rumah sepanjang hari, karena hanya dialah yang bisa diandalkan mengurus kedua orangtuanya. Dicky sehari-hari tidur di kasur lipat, yang digelar di dekat dipan tempat kedua orangtuanya berbaring.
Saat saya menjenguk mereka, Dicky dengan telaten mencukur kumis dan jenggot bapaknya yang mulai tumbuh panjang. Melihat itu semua airmata saya terus mengalir hingga saya harus pamit lebih cepat. Dalam hati saya yakin balasan bagi anak yang berbakti seperti dia hanya satu: SURGA.PS:
Karena ada yg menanyakan rekening untuk menyalurkan bantuan, saya sendiri yg akan menyalurkan.
Posting Komentar untuk "Kisah Ter Haru Anak Tunda Kuliah Demi Urusi Bapak Dan Ibunya Yang Lumpuh"