Kisah Anisa, Seorang Pemulung yang Sisihkan Rezekinya untuk Bersedekah
Siapapun dia, seberapa besar pengaruh kedudukannya, dan apapun pangkat dan jabatannya, dalam berbagi tidak pandang bulu. Semua insan manusia dianjurkan untuk selalu berbagi dengan sesama bagaimanapun kondisinya.
kendarinesia

NEWS
·
24 Mei 2019 19:13
Kisah Anisa, Seorang Pemulung yang Sisihkan Rezekinya untuk Bersedekah
Konten ini diproduksi oleh kendarinesia

Ibu Anisa sedang mendorong gerobak miliknya, Foto: Rusman/kendarinesiaid
Siapapun dia, seberapa besar pengaruh kedudukannya, dan apapun pangkat dan jabatannya, dalam berbagi tidak pandang bulu. Semua insan manusia dianjurkan untuk selalu berbagi dengan sesama bagaimanapun kondisinya.
ADVERTISEMENT
Seperti kisah pemulung asal Kota Baubau ini. Meski hidup miskin dan serba kekurangan, pemulung ini tetap menyisihkan sebagian rezkinya dari hasil memulung untuk bersedekah di masjid setiap harinya.
Hal itu diketahui sudah dilakukannya selama kurang lebih dua tahun sejak pulang ke Kota Baubau dan menjadi seorang pemulung.
Dialah Anisa (50), warga Kelurahan Bataraguru, Kecamatan Wolio, istri dari La Jauli yang sehari-harinya bekerja sebagai penambang pasir di sungai. Keduanya di karuniai tujuh orang anak dan tinggal di rumah gubuk dengan ukuran 3x4 meter.
Setiap harinya Anisa mulai memulung dari jam 10.30-19.00 Wita baru pulang ke rumah. Dengan penghasilan sehari-harinya tidak menentu, mulai dari 50 ribu dan jika mendapat rejeki yang lumayan, bisa mencapai 100 ribu per hari.
Setiap harinya Anisa harus berkeliling Kota Baubau sejauh kurang lebih 10-15 kilometer. Barang yang di dapat mulai dari plastik bekas, kardus, kertas bekas dan berbagai jenis sampah plastik yang bisa di daur ulang.
Kemudian di jual pada pengepul dan uang yang dihasilkannya di pakai buat makan sehari-hari dan biaya sekolah bagi dua anaknya yang masih bersekolah di kelas satu SMP dan kelas satu Sekolah Dasar, serta bersedekah di masjid setiap harinya.
"Saya keluar itu mulai dari jam setengah 11, habis itu saya keliling mi putar cari plastik-plastik bekas, botol-botol, pokoknya apa saja yang bisa di timbang untuk saya jadikan uang baru saya pulang mi lagi di rumah," tuturnya kepada kendarinesia.
Anisa rela bekerja sebagai pemulung demi meringankan beban sang suami dan juga untuk menggapai cita-cita bisa membangun sebuah rumah sendiri tanpa harus menumpang tinggal di lahan orang lain, meski lahan yang di tempatinya saat ini adalah milik anak kandungnya sendiri.
Mau kerja apalagi, mau kerja yang lain tidak punya modal jadi kita kerja ini saja dan saya juga ingin membantu suami biar hanya sedikit. Baru saya ini ingin sekali bangun rumahku ini supaya saya bisa juga kayak orang lain yang punya rumah sendiri," ujarnya.
Selama menjadi seorang pemulung, Anisa juga sering mendapat omongan miring dari orang-orang disekitarnya, namun itu tidak diperdulikannya.
"Kadang juga saya di hina sama orang-orang. Tapi saya tidak gubris. Saya cuma bilang dalam hati, yang penting saya kerja cari uang sendiri," kata anisa dengan mata yang berkaca-kaca menahan air matanya.
Selama dua tahun terakhir, Anisa sempat di klaim dokter terkena penyakit gula dan ginjal. Sehingga dirinya terpaksa menggadaikan sertifikat tanah untuk pengobatan selama sakit.
"Pertama saya sakit itu bulan November 2018 dan terakhir di bulan April 2019. Sakit pertama kali selama dua bulan, waktu itu saya ke rumah sakit Palagimata tapi langsung di rujuk ke rumah sakit Siloam. Tapi kita tiba disana tidak di terima dengan alasan tidak ada ranjang yang kosong jdi terpaksa berobat jalan mi di dokter," ujarnya.
Selain mengadaikan sertifikat tanah satu-satunya yang dimilikinya, Anisa juga berhutang pada orang tua dan ibu mertuanya sebanyak Rp. 5 juta yang di pakainya untuk menambah biaya pengobatan.
Kini Anisa harus terus bekerja untuk keluarga demi melunasi hutang-hutangnya dan bisa membangun rumah sendiri seperti yang di impikannya selama ini.
Posting Komentar untuk "Kisah Anisa, Seorang Pemulung yang Sisihkan Rezekinya untuk Bersedekah"